I hate this distance

Hampir mirip seperti LDR alias Long Distance Relationship yang sering terjadi kepada dua orang sedang pacaran yang sedang berpisah jarak, Long Distance Friendship juga ga kalah berat. Bagiku, selama lebih dari 3 tahun merantau, rasanya pengen selalu ketemu teman temanku dulu, yang ketemunya biasanya dari pagi sampai magrib. Dari kelas pagi, siang, bahkan ekskul sore.

Makna LDF bagiku sungguh dalam, sedalam ketika mereka bilang kangen langsung ku beli tiket PP kampung halamanku. Yep, aku pernah melakukannya di awal tahun 2023. Well, kalau ditanya pake uang siapa ya sudah pasti uangku sendiri hasil gaji bulan pertama ngajar kursus Bahasa inggris wkwkwk. Karena hal itu pula aku berani keluarin uang, karena ya bukan uang orang tua.

Sebenarnya pulang karena luluh saat ada yang bilang kangen tuh bukan hal yang dikagetkan banyak orang, tapi lebih kepada waktu yang ku habiskan di kampung halaman. 3 malam adalah waktu yang ku habiskan di bima, kampung halamanku pada saat itu. Mungkin kalau perjalanan 3-5 jam kesana akan terasa mudah, namun aku menghabiskan waktu perjalanan 27 jam untuk pergi dan 27 jam juga untuk pulang.

Some people say I’m crazy, but I say I love them. Berusaha terkoneksi lagi kepada orang orang yang menduduki posisi tinggi di hatiku, orang orang yang masuk dalam kategori “home”. Every time I think of it, aku selalu ngerasa excited buat pulang. Sepertinya dari tulisanku ini sedikit menyiratkan bahwa orang tua bukan menjadi konsiderasi tertinggi aku pulang, tapi sebenarnya tidak seperti itu, mungkin karena mereka juga beberapa kali menjenguk aku di tanah rantauan, jadinya tidak begitu berat bagiku.

Wadan, satu satunya temanku yang stay di kampung halaman benar benar buatku ngerasa he is truly the home. Dia bakal selalu ada disana, menunggu aku pulang. Menunggu setiap kali aku bilang kalau aku sudah tiba dirumah dan akan datang kerumahnya. Wadan, dari dulu sampai sekarang selalu menjadi comfort zone ku. Seseorang yang ga pernah buat aku takut untuk mengatakan betapa berharganya  seseorang dalam hidupku. Seseorang yang juga ga pernah takut untuk asertif terhadap perasaanya.

Since aku orang yang terus terang, wadan bantu aku untuk menjelajahi perjalanan remaja menuju dewasaku. Bagaimana menjadi jujur terhadap diri sendiri dan orang lain. Sebenarnya kalau dipikir aku tuh takut banget Ketika mengekspresikan perasaanku secara gamblang, karena aku selalu khawatir mereka ga akan nyaman dengan aku seperti itu, karena sepertinya mereka akan anggap ini berlebihan, namun bagiku ga ada yang berlebihan dari mengekspresikan perasaan kepada seseorang yang berharga, cuz they deserve that.

Januari 2022, orang yang pertama kali aku temui setelah keluarga adalah Wadan.  Januari 2023, tiba dirumah pukul 9 malam dan ke rumahmu 1 jam berikutnya wkwkwk. Januari 2024, tiba dirumah dirumah pukul 6 pagi dan ke rumahmu 2 jam kemudian. April 2024, tiba dirumah pukul 11 siang dan ke rumahmu satu jam berikutnya. Terakhir kali, bulan agustus, aku tiba pukul 9 dan ketemu kamu 1 jam selanjutnya.

Aku izin mengutip beberapa kalimat dari kamu ke aku. “Terimakasih jah, aku berasa dihargain banget sama kamu sampai detik ini. Aku juga ngerasa kamu salah satu rumah ternyaman aku yang jalan ngehampiri aku. Kamu tau kan setiap anak pasti punya rumah ternyamannya sendiri selain keluarga, dan tidak sedikit anak itu yang berani ngehampiri rumah barunya itu, begitupun aku. Tapi yang bikin aku berani ngehampiri kamu itu karena kamu beda. You don’t just shut up and say please come in but you come over and said come on in”

 

That’s how I express my feelings toward u,wadan.

Semoga tulisan ini bisa sedikit meredakan perasaan rindu di antara kita berdua.

Comments

Popular posts from this blog

Pancarona Labuan Bajo

The Wind