Break the rules: is it really me?

“I was consistently doing what I have to do,”

Sepertinya itu yang ku katakan kepada diriku sendiri beberapa tahun yang lalu, saat aku begitu kaku dan disiplin dengan prinsip yang ku miliki. Prinsip yang menurutku tidak bisa di ubah oleh siapapun. Saat itu aku sadar bahwa I’m not an easy person, aku ga mudah luluh, ga mudah mentolenransi banyak hal yang tidak sesuai dengan nilai yang ku pegang. Mungkin itu juga yang membawaku ga punya banyak kenangan manis selama SMP. 

Disaat teman temanku begitu mudahnya have fun dan melakukan banyak hal saat beranjak remaja, aku selalu menarik diri karena aku ngerasa aku sangat ga bisa bergabung dan menikmati aktifitas fun yang mereka lakukan, aku selalu ngerasa semua itu ga penting dan bermakna, terlebih buang buang waktu. Aku memang manusia praktis saat itu.

“aku terlalu kaku bahkan untuk diriku sendiri”

Saat itu, dibanding ngumpul dengan dengan teman temanku, aku malah pergi ke timezone buat main Pump a.k.a olahraga kaki.

“apa karena aku terlalu fokus bertahan hidup?”

Itu adalah pertanyaan yang muncul, saat dimana kakak kakakku pergi merantau dan aku punya adik kecil yang menjadi fokus orang tuaku.

Saat itu aku pikir aku sudah cukup bahagia dengan hidupku dan sudah cukup puas dengan tahun tahun awal remajaku. Namun, saat merefleksikan banyak hal dimasa lalu, rasanya aku melewatkan banyak hal, melewatkan waktu waktu emas untuk punya banyak pengalaman bahkan teman.

“BREAK THE RULES”

Entering my high school life, akhirnya aku memprovokasi diriku untuk merusak semua peraturan yang ku miliki. Peraturan yang bahkan bukan berasal dari keluargaku, melainkan peraturan yang ku buat sendiri entah sejak kapan mulanya.

Disaat aku tidak diizinkan untuk merantau, I really decided to become powerful, yep, my biggest dream to study at one of the international boarding school, yang bahkan aku yakin bisa masuk pakai beasiswa karena ayahku bisa bantu urus, he knows it. The school that I have been preparing to go since my second year of middle school.

Mungkin itu menjadi titik nol aku jadi menganut “Break the Rules”, bukan karena aku ingin merusakan tatanan hidup yang sudah ku susun rapi, tapi lebih kepada aku mau mencoba hal baru yang ga akan diduga duga oleh semua orang.

“I want to leave all my life and become a new person”

Aku bahkan masuk ke sekolah yang ga ada teman kelasku dari jenjang sebelumnya, karena aku serius terhadap niatku, aku ga mau terbayang bayang dengan komentar aku menjadi sosok yang berbeda. 

Lagi dan lagi aku mensugesti diri, mungkin ini sudah waktunya meninggalkan semuanya dibelakang dan mulai hidup baru. Mungkin karena orang tuaku ga pernah mempermasalahkan kehidupan awal remajaku, aku jadi punya keinginan menjadi sosok yang berbeda.  “apa ini caraku memberontak ya?”

“I just live my life”

Aku terlalu fokus untuk mengembangkan diri, fokus buat punya banyak relasi, fokus buat punya banyak pengetahuan dan keterampilan. Melupakan fakta bahwa aku sangat sakit karena tidak bisa melakukan hal yang paling aku inginkan pada saat itu.

3 years after graduated from high school aku mendapat fakta baru yang ga pernah aku dapat jawabannya sebelumnya.

“kaka ga diizinkan dulu karena kaka anak yang paling patuh”, itu adalah perkataan adikku saat ga sengaja main ke rumah datin bersama irbah. We talked about how I become the only child yang ga dibiarkan meninggalkan rumah hingga usia 18 tahun. Sebuah fakta yang buat aku bertanya tanya “am I that obedient for them?”.

Setelah pikir pikir ya emang aku anak satu satunya yang ga punya banyak masalah dan cenderung lurus lurus aja. Saat tau fakta itu aku akhirnya sadar, ga selamanya beda itu hal yang buruk, bisa aja karena yang terbaik wkwkwk, pede banget gw.

Ya intinya aku bahagia pernah di fase untuk memulai hidupku dari awal dengan memegang prinsip “break the rules”. Udah niat membangkang malah berakhir orang tua bangga, jadi bingung nih membangkang pake cara apalagi wkwkwk.

Ya sebenarnya poin dari tulisanku ini, “manusia itu dinamis, mereka bisa berubah sewaktu waktu, menjadi lebih baik atau lebih buruk, we just need something that trigger us”

and here i am. 

p.s. tulisan ini bukan untuk menyinggung siapapun, termasuk orang tuaku, cuz they are good parents for me. i just want to share that sometimes life needs something new, like my character development. 

Comments

Popular posts from this blog

Pancarona Labuan Bajo

The Wind

I hate this distance