Parallel storyline: Part 1
Sore itu hujan turun begitu deras, diiringi oleh uap panas dari bakso yang ku makan, rasanya momen itu sangat pas dan juga indah.
Menjelang magrib, genangan air itu semakin
besar dan tinggi, menutupi jalan raya yang begitu lebar didepanku.
‘Mungkinkah
aku harus pulang sekarang?’,Begitulah kiranya yang ku pikirkan saat itu.
Berangkat tanpa persiapan buatku sudah sangat
yakin kalau menerobos sekarang aku akan berakhir basah kuyup.
‘Apakah aku berteduh saja di tempat terdekat
yang lebih aman? Atau pulang dengan basah kuyup dengan pandangan kabur saat
mengendarai motor?’
sepertinya singgah ke tempat yang lebih aman
jadi pilihanku saat itu. Menepi di salah satu pom bensin yang ada di kota ku.
Berlari menuju musholah untuk menunaikan kewajiban shalat magrib.
Mendapat telfon darinya dan menanyakan “kamu dimana?
Kenapa belum shalat?”
Pertanyaan sederhana yang muncul karena aku
membuat unggahan tentang terjebaknya aku di suatu tempat.
“aku di pom bensin, terjebak hujan dari tadi”
akhirnya mengaku karena rasanya tidak begitu penting
bagiku. Aku sudah pasrah apabila aku harus pulang dengan keadaan lembap.
Ucapannya selanjutnya buatku terpaku, “tunggu
disana, aku bakal tiba dalam 5 menit”
Mempertanyakan untuk apa dia datang, dalam
waktu sesingkat itu bagaimana bisa dia datang? Apakah dia mempermainkaku? Apakah
itu hanya candaannya belaka?
Menghiraukan ucapannya yang menurutku tidak
masuk akal dan tidak berbobot itu. That is nonsense, dia ga mungkin datang.
5 menit kemudian, telfonnya masuk dan suaranya
memenuhi telingaku
“aku udah sampai, ini didepan kamu”
Selama 5 menit belakangan aku sebenarnya memperhatikan
kondisi pom bensin, dan rasanya aku ga melihat tanda tanda dia datang, ga ada
dia dan motor merah yang biasa dia pakai.
‘apakah dia menipuku? Apakah dia sedang
mempermainku?’
Karena ini beneran ga lucu bagiku,
mempermainkan kondisiku yang sedang dilanda gelisah dan khawatir terhadap
kesehatanku apabila nekat pulang dalam keadaan hujan hujanan. Aku benci ketika aku
lemas dan jatuh sakit.
Meresponnya dengan “ga ada, depanku kosong dari
tadi,kamu bohong ya?”
Aku muak dipermainkan dengan keadaan yang ga
aku suka ini.
“aku beneran di depan kamu sekarang, seriusan”
Ucapannya bikin aku makin bosan. Aku benci
dipermainkan dan ucapannya begitu berbelit belit. Aku yang biasanya sangat to
the point dan terus terang benar benar ga cocok dengan kondisi ini.
“ga ada, ini aku udah perhatikan dari tadi ya
depanku cuma ada mobil yang parkir, ga ada kamu”
Seketika mobil didepanku menyalakan lampu sein.
Aku ga percaya ini, kenapa bisa dia disini, dan mobil siapa yang dia pakai. Ini
terlalu mengagetkan bagiku. Ah, dia pasti menertawakanku dari dalam mobil
melihat betapa kesalnya aku saat sedikit berdebat dengannya melalui telfon. Sambungan
telfon yang belum juga terputus, aku jadi mempertanyakan kehadirannya disini,
karena dia ga mungkin datang menjemput dissebabkan aku juga membawa kendaraan
motor.
“ngapain sih kesini?”
Terdengar kekehan dari ujung telfon. Jengkel karena
semuanya means nothing kalau dia datang cuma buat menertawakan
keadaanku, bahkan ga berniat buat menemani di kala hujan dengan duduk di sebelahku.
“kamu mending kesini deh, cepetan”, ucapnya greget
karena aku hanya berdiri dan melihatnya dari beberapa meter di depan mobil tersebut
tanpa ada niat mendekatinya
Menghampirinya dan mengetuk jendela mobil, dia
malah berakhir membuka pintu samping dan memberikan jaket merah serta topi
favoritnya. Ternyata dia bersama sepupunya, dan sudah pasti sepupunya yang menyetir,
karena aku yakin dia belum bisa nyetir mobil.
“buat apa?”
Pertanyaan bodoh yang ku tanyakan, padahal
sudah jelas aku paham maksudnya, yaitu agar aku tidak kedinginan dan begitu
basah Ketika beranjak pulang dengan keadaan hujan yang masih deras.
“biar kamu ga begitu kehujanan, kamu ga mungkin
nunggu sampai reda”
Seperti momen momen sebelumnya, dia selalu tau
bagaimana meluluhkanku. Dia akan selalu disana setiap kali aku butuh bantuan,
bahkan tanpa aku minta sekalipun. Dia ga bakal membiarkan aku untuk berjuang
sendirian. Dia sudah seperti itu sejak lama.
“oke, makasih. Aku ambil jaket aja, aku bawa
helm soalnya”
Meninggalkannya untuk menuju motorku dan
berlalu darinya, memakai jaket yang dia berikan lalu segera pulang.
Bahkan setelah bertahun tahun, rasanya masih seperti
kemarin. Memori ini sepertinya selalu terputar di kepalaku setiap kali hujan
datang, mengingatkanku tentang seseorang yang bahkan di kesempatan lain mengelap
jok motor dengan celananya karena dia lupa bawa kanebo.
Comments
Post a Comment